I Dont Always Know How to Choose


 




Pernahkah merasakan kecemasan pada hal yang biasa kalian lakukan?
Aku adalah seorang pekerja penuh waktu dengan ukuran yang baik jika disandingkan dengan umurku. terlalu muda. Begitu kata mereka. Namun apakah berhasil menurut pandangan orang lain sesuai dengan keberhasilan diri sendiri?

Ku katakan tidak pada pencapaianku sekarang, setiap hari ada rasa lelah dalam pangkuanku, bukan tenaga sepenuhnya yang terlihat, hanya batinku yang terus menerus lelah mengalah. Tepatnya dari pada berbelit-belit aku tidak mencintai pekerjaan ku. Bukankah yang menjadi satu titik kelemahan manusia adalah kurang bersyukur? Aku cukup mengetahui kekuranganku. Aku mendapatkan apa yang belum tentu orang dapatkan dan aku dapatkan sebelumnya, sebelum kulangkahkan kaki jauh meninggalkan Yogyakarta untuk meniti kembali harapan di Jakarta. Kota yang beberapa waktu belakangan ini mulai aku nikmati.

Pekerjaanku memang tidak pernah sesulit apa yang aku fikirkan sebelumnya, namun bukankah memang berat melakukan hal yang tidak kau cintai setiap hari. Kau cukup diberikan semangat setiap hari, uang yang cukup, barang-barang yang bisa kau beli sendiri, menyicipi hot cappucinno kesukaanmu setiap minggu. Namun hampa tidak pernah terlepas begitu saja. Beban yang kau bawa mungkin tidak kau ketahui.

Lalu, bukankah ini yang diminta oleh hidup? Pekerjaan untuk memapankan hidupmu, kuliah, bekerja dikantor, menabung, membeli rumah dan menikah. Menguburkan mimpimu dalam-dalam seolah tidak penting, dan kau mengikuti dengan menghabiskan waktu menguburkan tujuan yang harusnya kau pilih. 

Tidak terasa dua gelas cappucinno yang ku habiskan malam ini untuk bercerita. Perkerjaanku yang sekarang tidak terlalu buruk terkadang, dan menyenangkan kadang-kadang. Hampir setiap bulan belakangan ini aku disibukkan dengan perjalanan dinas ke berbagai kota. Hadir disetiap kota yang belum pernah kudatangi, bertemu dengan setiap sudut yang nyaman, bergumam melihat keriangan malam kota yang berbeda-beda. Kesempatan yang belum tentu semua orang rasakan, melewati berhari-hari suasana yang berbeda dengan Jakarta. 

Bulan lalu kuhabiskan dengan perjalanan ke kota Surabaya dan Malang dalam waktu 6 hari. Secepat itukah kedua kota ini memberikan kenangan yang nyaman. Pertama kali kakiku menginjakkan kota Surabaya, kota yang penuh dengan bunyi klakson mobil dan motor yang tidak berhenti bergerak laju seolah tidak memperdulikan kendaraan yang lebih besar darinya. Aku cukup mengenali bahasanya, yang kurindukan berulang kali karna begitu mengingatkanku pada Yogyakarta. Aku menikmati perjalananku selama 5 hari disana, pekerjaan yang tidak begitu melelahkan juga mengantarkanku pada perjalanan singkat menuju kota Malang yang hadir dengan lekukan gunung selama perjalanan yang sedikitpun tidak melelahkan. 

Terbayang kembali ingatan beberapa kali menginjakkan kakiku di kota Malang, dia tetap selalu istimewa dengan caranya sendiri.
Kaki menginjakkan tanah Batu Malang di salah satu hotel bernuansa jawa, deretan lukisan, andong, senandung jawa, dan pemandangan pegunungan mengitarinya. Matahari pagi sangat terasa panas di tengah angin sejuk yang menerpa wajah. Selalu ada kesan ketika berkunjung dari satu kota di kota lainnya.

Kubiarkan kenangan demi kenangan mengalir begitu saja. Sukmaku seakan bercanda pada raganya, mengatakan dan mengingatkan. ku ingat kembali keluhanku, betapa mungkin aku lebih beruntung mendapatkan pekerjaan ini dibanding orang lain. betapa seharusnya aku berterima kasih pada alam yang setia selalu berteman dimanapun kakiku bertapak.
 


 
 






















Comments

Friends